Rabu, 18 November 2015

Sabar dan Ikhlas

SABAR DAN IKHLAS
Hallo.. kali ini saya akan mendefinisikan arti dari sabar dan ikhlas menurut saya dan juga pengalaman saya mengenai sabar dan ikhlas.
Sabar adalah suatu kondisi dimana kita mendapat sebuah musibah/cobaan/ujian dalam kehidupan kita mengenai semua hal yang berhubungan dengan semuanya dan kita hanya bisa pasrah, mengelus dada dan mengucap banyak istigfar (karena saya muslim jadi istigfar adalah kata yang harus terucap jika musibah menghampiri kita).
Pengalaman pribadi saya, saat SD, SMP saya sering sekali diejek/diceengin sama teman-teman sekolah karena badan saya yang kurus dan tinggi seperti lidi. Hal ini sebenarnya benar-benar membuat saya marah dan kesal bukan hanya sekali dua kali tapi mereka mengejek saya berkali-kali. Mau membalas mengejek? Saya tidak bisa. Mau berkelahi? Saya tidak bisa. Jadi yang saya lakukan hanya mengelus dada (sabar) sambil mengucap istigfar berharap ejekan itu lambat laun akan menghilang sendirinya. Saat masuk SMA tidak ada lagi ejekan itu mungkin karena pola pikir kita saat itu sudah dewasa dan tidak lagi mengungkapkan kekurangan seseorang. bercanda sih masih, ejek-ejekan juga masih namun sudah dalam batas wajar dan tidak menimbulkan perasaan jengkel orang yang bersangkutan. Tapi…. Dari semua itu hal yang membuat saya senang, setiap reunian SD dan SMP sayalah orang yang selalu diingat karena julukan ‘lidi’ yang menempel dengan saya hehe..
Selanjutnya Ikhlas, sebenarnya arti kata ini menurut saya sangat luas, berhubungan dengan hati yang lapang dada menerima kekurangan yang ada, ataupun ketika ada musibah yang menghampiri karena ikhlas dan sabar adalah dua kata yang erat kaitannya dan saling terhubung.

Pengalaman pribadi saya, pernah sewaktu itu saya lupa tepatnya. Saya baru saja dibelikan sebuah handphone oleh ayah saya. Handphone yang ada kameranya, bisa memutar music, bisa internetan, yaa saat itu mungkin itu handphone yang diimpikan banyak orang dan cukup membuat teman-teman saya iri hehe.. tapi memilikinya tidak berlangsung lama, karena kecerobohan saya, saya menghilangkan handphone pemberian ayah saya sewaktu pulang sekolah, saya ingat sekali handphone itu saya taruh dikantong celana sebelah kanan saya, pasti terjatuh di jalan ketika saya menggowes sepeda saya. Saat tersadar saya berusaha mencarinya, menelusuri setiap sudut jalanan yang telah saya lalui sebelumnya tapi tidak ketemu, saya takut pulang dimarahi ayah, tapi saya mau kemana kalau tidak pulang jadi saya memberanikan diri untuk pulang dan benar saya saat ayah pulang saya dimarahi dan tidak diberikan handphone pengganti katanya untuk pelajaran. Dan saya belajar mengikhlaskan handphone itu mungkin memang sudah rezeki untuk yang menemukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar